Inilah Dosa Tabloid News of the World

Tabloid mingguan Inggris, News of the World, mulai pekan depan ditutup oleh News Corp, perusahaan milik konglomerat media, Rupert Murdoch. Penutupan itu muncul setelah News of the World terus dikecam karena menggunakan taktik yang tidak etis mendapatkan berita eksklusif.

Wartawan Jepang memegang tabloid News of the World
 (AP Photo/Matt Dunham)
Didirikan pada 1843, News of the World populer berjuluk 'News of the Screws' alias "berita pelintiran". Menurut harian The Guardian, tabloid itu punya reputasi menggembar-gemborkan skandal seks atau gosip miring lain yang melibatkan para selebritas, politisi, hingga Keluarga Kerajaan Inggris. Media itu juga menyajikan berita-berita bombastis yang melibatkan warga biasa.


Reputasi News of the World selama ini juga sudah tercemar sebagai media yang menggunakan segala cara untuk mendapatkan berita eksklusif. Para awak tidak dilarang menyogok polisi, atau menyadap percakapan telepon warga, biasanya selebritas atau pejabat, untuk mendapat informasi yang diyakini mampu meningkatkan oplah.

Menurut kantor berita Associated Press (AP), gara-gara praktik yang tidak etis itu seorang reporter dan penyelidik swasta yang bekerja untuk News of the World pada 2007 lalu dipenjara karena bersalah menyadap telepon orang lain. Stasiun berita BBC juga mengabarkan Pemimpin Redaksi News of the World, Andy Coulson, terpaksa mundur dari jabatannya pada 26 Januari 2007 karena terjerat skandal penyadapan telepon Keluarga Kerajaan.

Beberapa hari terakhir, News of the World dituduh pihak kepolisian Inggris karena menyadap pesan telepon dari Milly Dowler. Remaja berusia 13 tahun itu hilang pada 2002, dan belakangan diketahui sebagai korban pembunuhan. News juga dituduh menyadap percakapan telepon keluarga dari dua murid sekolah yang hilang.


James Murdoch, putra Rupert Murdoch yang mengelola News Corp. menyatakan bila tuduhan-tuduhan itu benar, maka penyadapan itu merupakan "praktik yang tidak manusiawi, dan tidak mendapat mendapat tempat di perusahaan kami."

Selain itu, warga Inggris bernama Graham Foulkes, mengaku teleponnya kemungkinan telah disadap News of the World. Foulkes adalah ayah dari seorang korban serangan bom di London pada 7 Juli 2005, yang menewaskan 52 orang.


Namun, Foulkes tidak saja menyalahkan News of the World, melainkan juga Murdoch sebagai konglomerat pemilik media itu. "Bahasa satu-satunya bagi Murdoch adalah dolar, dan ini pasti sangat memukul dia secara telak," kata Foulkes kepada AP.(np) sumber• VIVAnews

0 comments:

Post a Comment